Selasa, 14 April 2009

Bencana kekeringan yang menimpa pada pertanaman pangan di Jawa Tengah selama tahun 2008 dilaporkan terjadi di beberapa kabupaten yaitu Semarang, Kota Semarang, Grobogan, Sragen, Karangayar, Sukoharjo, Wonogiri, Boyolali, Pekalongan, Brebes, Tegal, kota Tegal, Pemalang, Banyumas, Purbalingga, Cilacap, Banjarnegara, Pati, Blora, Rembang, Purworejo, Kebumen, Wonosobo.

Berdasarkan hasil pemantauan, pertanaman padi yang mengalami kekeringan adalah yang ditanam pada areal (sawah) tadah hujan, yang sebenarnya menurut anjuran/pola tanam adalah untuk ditanam palawija. Pertanaman yang dilaporkan sering mengalami puso karena terkena bencana alam kekeringan diantaranya padi, kedele, pisang dan Jagung.

Sesuai dengan informasi dari Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Stasiun Meteorologi Semarang, prakiraan permulaan Musim Kemarau 2009 rata-rata berkisar antara bulan April Dasarian II sampai dengan Juni Dasarian II. Daerah yang paling awal (April Dasarian II) mengalami kemarau diantaranya Rembang, Brebes Utara dan Kota Tegal. Informasi prakiraan permulaan Musim Kemarau 2009 serta himbauan untuk mengambil langkah-langkah antisipasi hendaknya segera disosialisasikan ke daerah terutama sampai di tingkat lapang.

DAERAH-DAERAH POTENSI KEKERINGAN PADA PERTANAMAN PERTANIAN :

Sangat Rawan

Rembang, Blora, Grobogan, Wonogiri, Sragen, Pati, Kudus, Demak, Klaten, Sukoharjo, Boyolali

Rawan

Brebes, Tegal

Potensi

Pemalang, Pekalongan, Batang, Kendal, Cilacap, Purbalingga, Banjarnegara, Kebumen, Purworejo, Magelang, Semarang, Kudus, Jepara, Karanganyar

Aman

Wonosobo, Temanggung

Hama dan Penyakit yang Muncul di Musim Kemarau:

Hama dan penyakit yang berpotensi muncul dan berkembang pada musim kemarau pada beberapa jenis tanaman adalah sebagai berikut:

  1. Padi diantaranya Tikus, Penggerek batang, Penyakit hawar bakteri, Ulat grayak, WBC, Tungro, Walang sangit, Hama putih
  2. Jagung diantaranya Pengerek batang, Belalang, Tikus, Penyakit bulai, Wereng jagung
  3. Kedele diantaranya Ulat grayak, Belalang, Tikus, Ulat penggulung daun, Kutu kebul
  4. Kacang hijau diantaranya Penggerek polong, Ulat pengulung daun, Tikus, Kutu kebul
  5. Cabe diantaranya Trips, Lalat buah, Lalat liriomyza, Virus kuning, Ulat grayak, Kutu dan persik
  6. Kentang diantaranya Pengorok daun, Trips, Nematoda sista kuning, Busuk basah daun, Virus
  7. Bawang merah diantaranya Ulat bawang, Ulat grayak, Pengorok daun, Trotol
  8. Semangka diantaranya Trips, Layu Fusarium, Belalang

STOK PESTISIDA

Persediaan pestisida untuk diperbantukan kepada petani jika terjadi eksplosi OPT dan untuk pengendalian daerah sumber serangan. Beberapa OPT penting yang sering muncul diantaranya penggerek batang padi, wereng batang coklat, tikus dan penyakit kresek & tungro, Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura provinsi Jawa Tengah menyediakan stok pestisida yang dialokasikan di 6 unit BPT (Brigade Proteksi Tanaman)/Lab PHP di Pemalang, Semarang, Pati, Sukoharjo, Temanggung dan Banyumas. Permohonan bantuan pestisida untuk pengendalian OPT didasarkan atas rekomendasi Petugas Pengamat Hama Penyakit setempat.

UPAYA ANTISIPASI

Bencana Kekeringan:

Bencana kekeringan pada umumnya terjadi pada lahan-lahan tadah hujan dan lahan-lahan irigasi yang paling ujung dimana debit air pada saluran sudah sangat kecil sehingga pada saat jumlah air sangat terbatas tidak lagi dapat mencukupi kebutuhan tanaman.

· Menghimbau kepada petani agar mematuhi peraturan atau kesepakatan penentuan pola tanam setempat, dengan memilih jenis tanaman yang kurang membutuhkan air atau tahan kekeringan pada Musim Kemarau sehingga kerugian akibat pertanaman mengalami kekeringan dapat diantisipasi.

· Perbaikan saluran irigasi

· Melakukan pompanisasi dengan memanfaatkan air permukaan, memanfaatkan embung, sumur pantek dan fasilitas lain penampung air.

· Memanfaatkan data/informasi cuaca/iklim dari BMG untuk menentukan pola tanam dan waktu tanam.

· Melaksanakan Sekolah Lapang Iklim sebagai upaya pemberdayaan petani dalam memahami informasi/data iklim dan cuaca untuk kepentingan penetapan waktu tanam dan pola tanam.

Serangan Hama/Penyakit Tanaman:

Upaya pengendalian telah dilaksanakan, namun demikian masih perlu ditingkatkan agar lebih efektif dalam menekan pekembangan serangan hama/penyakit.

1. Pengendalian Hama Penggerek Batang dengan pemasangan pias musuh alami parasitoid Trichogramma sp.

2. Selain dengan menggunakan pestisida, di daerah Pati dan Sukoharjo upaya pengendalian Hama Wereng Batang Coklat telah menggunakan Agens hayati Beauveria bassiana dan Metharizium sp. terutama pada saat tanaman masih muda, dan populasi Hama WBC masih sedikit.

3. Untuk pengendalian Hama Tikus denan pengumpanan seluas 3.72 ha, sedangkan 11.281 ha, adalah cara lain dengan penerapan gropyokan dan pengemposan pada fase pra tanam, pemagaran plastik pada fase tanaman vegetatif, serta pemasangan bubu perangkap tikus dan penggunaan alpostran.

4. Pengendalian Penyakit Kresek di tingkat lapang pada umumnya dilaksanakan dengan mengurangi penggunaan pupuk N (Urea) serta penggunaan bacteri antagonis jenis Corynebacterium sp. Pengendalian dengan pestisida mencapai 387,5 ha.

5. Menghimbau kepada petani menerapkan prinsip pengendalian secara terpadu, serta mengutamakan teknologi pengendalian yang ramah lingkungan.

Bakteri Antagonis Corynebacterium yang Ramah Lingkungan

Bakteri antagonis adalah jasad renik (microorganisme) yang mengintervensi kegiatan patogen (penyebab penyakit) pada tumbuhan. Pada dasarnya terdapat 3 mekanisme antagonis yaitu:
  1. Hiperparasitisme : terjadi apabila organisme antagonis memparasit organisme parasit (patogen tumbuhan)
  2. Kompetisi ruang dan hara : terjadi persaingan dalam mendapatkan ruang hidup dan hara, seperti karbohidrat, Nitrogen, ZPT dan vitamin.
  3. Antibiosis : terjadi penghambatan atau penghancuran suatu organisme oleh senyawa metabolik yang diproduksi oleh organisme lain.
Corynebacterium/ bakteri Korin merupakan bakteri antagonis yang mempunyai bentuk elevasi cembung dengan warna coklat susu keruh.
Cara pengendalian ini seiring dengan meningkatnya kesadaran untuk menjaga lingkungan sehat, mendorong aplikasi teknologi yang ramah lingkungan bahkan mengarah pada sistem usaha tani organik.Corynebacterium sangat cocok untuk mencegah layu yang disebabkan oleh bakteri pada daun/ tanaman hortikultura, palawija maupun tanaman Padi sawah.

Perbanyakan Corynebacterium

Produksi massal menggunakan media buatan (cair) EKG/Ekstrak kentang gula
Langkah-langkah sebagai berikut:
1. Menyiapkan alat dan bahan Alat yang digunakan antara lain alat Fermentasi yang sederhana, terdiri dari aerator, KMnO4 (larutan PK), glass wool (sebagai filter), slang plastik, sambungan slang berbentuk L, botol plastik, jerigen/galon air mineral, panci, kompor,baskom, saringan plastik, corong plastik, jarum ose (jarum kawat), lilin, alkohol.
Bahan-bahan terdiri dari kentang 300 gr/1 lt air, gula pasir 20 gr/1 lt air, air (dikonversikan dengan jumlah kentang dan gula),stater (biang) Corynebacterium.

2. Pembuatan EKG
  • Kupas kentang, potong tipis
  • Rebus sampai irisan kentang memutih, kemudian saring larutan ekstrak kentang tersebut
  • Tambahkan gula pasir, aduk hingga larut kemudian saring kembali
  • Sterilkan dengan dandang selama 15 menit pada suhu 120 derajat celcius kemudian dinginkan
  • Masukkan larutan kedalam jerigen kemudian buka mulut botol stater, ambil koloni bakteri dengan menggunakan jarum ose kemudian masukkan/campurkan kedalam jerigen atau tambahkan 5 ml air kedalam botol stater dan lepaskan koloni bakteri dengan bantuan jarum ose. Tutup mulut jerigen rapat
  • Inkubasikan dengan fermenter sederhana dalam ruang bersih dengan suhu 25-27 derajat celcius sekitar 14 hari kemudian dapat digunakan.
3. Aplikasi
  • Siapkan larutan semprot dengan mencampurkan 5 ml larutan Corynebacterium yang sudah jadi kedalam 1 liter air.
  • Siapkan larutan perekat dengan mencampurkan 1 ml kedalam 100 ml air bersih, kemudian campurkan kedalam larutan 1 liter diatas
  • Saring dan masukkan larutan kedalam tangki semprot, kemudian tambahkan 15-16 liter air.
  • Semprotkan pada persemaian dan tertanaman umur 14, 28 dan 42 hst. Lebih baik apabila dilakukan perendaman benih yang siap semai selama 15 menit
  • Konsentrasi 5ml/liter, dengan dosis 2,5 liter formulasi Corynebacterium per ha dengan volume semprot antara 500-600 liter, kepadatan populasi bakteri minimal 10(pangkat)6 Cfu/cc
  • Waktu aplikasi pada sore hari, mulai pukul 15.00 WIB, hindari aplikasi siang hari untuk mencegah pengaruh sinar matahari.

(sumber: Laboratorium PHP wilayah Banyumas)

Sabtu, 04 April 2009

Budidaya Padi

BAB I

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG


Dalam usaha mempertahankan kelangsungan hidupnya, manusia berusaha, memenuhi kebutuhan primer yaitu makanan. Dalam sejarah hidup manusia dari tahun ketahun mengalami perubahan yang diikuti pula oleh perubahan kebutuhan bahan makanan pokok. Hal ini dibuktikan dibeberapa daerah yang semula makanan pokoknya ketela, sagu, jagung akhimya beralih makan nasi. Nasi merupakan salah satu bahan makanan pokok yang mudah diolah, mudah disajikan, enak dan nilai energi yang terkandung didalamnya cukup tinggi sehingga berpengaruh besar terhadap kesehatan.


SEJARAH TANAMAN PADI

Padi termasuk genus Oryza L yang meliputi lebih kurang 25 spesies, tersebar didaerah tropik dan daerah sub tropik seperti Asia, Afrika, Amerika dan Australia. Menurut Chevalier dan Neguier padi berasal dari dua benua Oryza fatua Koenig dan Oryza sativa L berasal dari benua Asia, sedangkan jenis padi lainya yaitu Oryza stapfii Roschev dan Oryza glaberima Steund berasal dari Afrika barat. Padi yang ada sekarang ini merupakan persilangan antara Oryza officinalis dan Oryza sativa f spontania. Di Indonesia pada mulanya tanaman padi diusahakan didaerah tanah kering dengan sistim ladang, akhirnya orang berusaha memantapkan basil usahanya dengan cara mengairi daerah yang curah hujannya kurang. Tanaman padi yang dapat tumbuh dengan baik didaerah tropis ialah Indica, sedangkan Japonica banyak diusakan didaerah sub tropika.


ARTI PENTING DAN MANFAAT PADI BAGI KEHIDUPAN MANUSIA

Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan ini merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Meskipun padi dapat digantikan oleh makanan lainnya, namun padi memiliki nilai tersendiri bagi orang yang biasa makan nasi dan tidak dapat dengan mudah digantikan oleh bahan makanan yang lain. Padi adalah salah satu bahan makanan yang mengandung gizi dan penguat yang cukup bagi tubuh manusia, sebab didalamnya terkandung bahan yang mudah diubah menjadi energi. Oleh karena itu padi disebut juga makanan energi.

Menurut Collin Clark Papanek, nilai gizi yang diperlukan oleh setiap orang dewasa adalah 1821 calori yang apabila disetarakan dengan beras maka setiap hari diperlukan beras sebanyak 0,88 kg. Beras mengandung berbagai zat makanan antara lain: karbohidrat, protein, lemak, serat kasar, abu dan vitamin. Disamping itu beras mengandung beberapa unsur mineral antara lain: kalsium, magnesium, sodium, fosphor dan lain sebagainya.


SYARAT TUMBUH

Tanaman padi dapat hidup baik didaerah yang berhawa panas dan banyak mengandung uap air. Curah hujan yang baik rata-rata 200 mm per bulan atau lebih, dengan distribusi selama 4 bulan, curah hujan yang dikehendaki per tahun sekitar 1500 -2000 mm. Suhu yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi 23 °C. Tinggi tempat yang cocok untuk tanaman padi berkisar antara 0 -1500 m dpl.

Tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi adalah tanah sawah yang kandungan fraksi pasir, debu dan lempung dalam perbandingan tertentu dengan diperlukan air dalam jurnlah yang cukup. Padi dapat tumbuh dengan baik pada tanah yang ketebalan lapisan atasnya antara 18 -22 cm dengan pH antara 4 -7.


BAB II

BERCOCOK TANAM PADI

Padi dibudidayakan dengan tujuan mendapatkan hasil yang setinggi-tinginya dengan kualitas sebaik mungkin, untuk mendapatkan hasil yang sesuai dengan harapan maka, tanaman yang akan ditanam harus sehat dan subur. Tanaman yang sehat ialah tanaman yang tidak terserang oleh hama dan penyakit, tidak mengalami defisiensi hara, baik unsur hara yang diperlukan dalam jumlah besar maupun dalam jumlah kecil. Sedangkan tanaman subur ialah tanaman yang pertumbuhan clan perkembangannya tidak terhambat, entah oleh kondisi biji atau kondisi lingkungan.


PADI SAWAH

Teknik bercocok tanam yang baik sangat diperlukan untuk mendapatkan hasil yang sesuai dengan harapan. Hal ini harus dimulai dari awal, yaitu sejak dilakukan persemaian sampai tanaman itu bisa dipanen. Dalam proses pertumbuhan tanaman hingga berbuah ini harus dipelihara yang baik, terutama harus diusahakan agar tanaman terhindar dari serangan hama dan penyakit yang sering kali menurunkan produksi

1. PERSEMAIAN
Membuat persemaian merupakan langkah awal bertanam padi. Pembuatan persemaian memerlukan suatu persiapan yang sebaik-baiknya, sebab benih di persemaian ini akan menentukan pertumbuhan padi di sawah, oleh karena itu persemian harus benar-benar mendapat perhatian, agar harapan untuk mendapatkan bibit padi yang sehat dan subur dapat tercapai.

a. Penggunaan benih

· Benih unggul

· Bersertifikat

· Kebutuhan benih 25-30 kg / ha

b. Persiapan lahan untuk persemaian

· Tanah harus subur

· Cahaya matahari

· Pengairan

· Pengawasan

c. Pengolahan tanah calon persemaian

· Persemaian kering

· Persemaian basah

· Persemaian sistem dapog

· Persemaian Kering

Persemaian kering biasanya dilakukan pada tanah-tanah remah, banyak terdapat didaerah sawah tadah hujan. Persemaian tanah kering harus dilakukan dengan baik yaitu:

a. Tanah dibersihkan dari rumput clan sisa -sisa jerami yang masih tertinggal, agar tidak mengganggu pertumbuhan bibit.

b. Tanah dibajak atau dicangkul lebih dalam dari pada apa yang dilakukan pada persemaian basah, agar akar bibit bisa dapat memasuki tanah lebih dalam, sehingga dapat menyerap hara lebih banyak.

c. Selanjutnya tanah digaru

Areal persemaian yang tanahnya sempit dapat dikerjakan dengan cangkul, yang pada dasarnya pengolahan tanah ini bertujuan untuk memperbaiki struktur tanah, agar tanah menjadi gembur.

Ukuran bedengan persemaian :

a. Panjang bedengan : 500 -600 cm atau menurut kebutuhan, akan tetapi perlu diupayakan agar bedengan tersebut tidak terlalu panjang

b. Lebar bedengan : 100 -150 cm

c. Tinggi bedengan : 20 -30 cm

Diantara kedua bedengan yang berdekatan selokan, dengan ukuran lebar 30-40 cm. Pembuatan selokan ini dimaksud untuk mempermudah :

a. Penaburan benih dan pencabutan bibit

b. Pemeliharaan bibit dipersemaian meliputi :

· Penyiangan

· Pengairan

· Pemupukan

· Pemberantasan hama dan penyakit

Persemaian diupayakan lebih dari 1/25 luas sawah yang akan ditanami, penggunaan benih pada persemaian kering lebih banyak dari persemaian basah.

Persemaian Basah

Perbedaan antara persemaian kering dan basah terletak pada penggunaan air. Persemaian basah, sejak awal pengolahan tanah telah membutuhkan genangan air. Fungsi genangan air:

a. Air akan melunakan tanah

b. Air dapat mematikan tanaman pengganggu ( rumput )

c. Air dapat dipergunakan untuk memberantas serangga perusak bibit

Tanah yang telah cukup memperoleh genangan air akan menjadi lunak, tanah yang sudah lunak ini diolah dengan bajak dan garu masing-masing 2 kali. Namun sebelum pengolahan tanah harus dilakukan perbaikan pematang terlebih dahulu, kemudian petak sawah dibagi menurut keperluan. Luas persemaian yang digunakan 1/20 dari areal pertanaman yang akan ditanami.

Sistem Dapog

Di Filipina telah dikenal cara penyemaian dengan sistem dapog, sistem tersebut di Kabupaten Bantul telah dipraktekan di Desa Pendowoharjo, Sewon.

Cara penyemaian dengan sistem dapog :

a. Persiapan persemaian seperti pada persemaian basah

b. Petak yang akan ditebari benih ditutup dengan daun pisang

c. Kemudian benih ditebarkan diatas daun pisang, sehingga pertumbuhan benih dapat menyerap makanan dari putik lembaga

d. Setiap hari daun pisang ditekan sedikit demi sedikit kebawah

e. Air dimasukan sedikit demi sedikit hingga cukup sampai hari ke 4

f. Pada umur 10 hari daun pisang digulung dan dipindahkan kepersemaian yang baru atau tempat penanaman disawah

Penaburan benih

Perlakuan sebagai upaya persiapan

Benih terlebih dahulu direndam dalam air dengan maksud :

a. Seleksi terhadap benih yang kurang baik, terapung, melayang harus dibuang agar terjadi proses tisiologis

b. Proses tisiologis berarti terjadinya perubahan didalam benih yang akhimya benih cepat berkecambah. Terserap atau masuknya air kedalam benih akan mempercepat proses tisiologis

Lama perendaman benih

a. Benih direndam dalam air selama 24 jam, kemudian diperam ( sebelumnya ditiriskan atau dietus )

b. Lamanya pemeraman

c. Benih diperam selama 48 jam, agar didalam pemeraman tersebut benih berkecambah.

Pelaksanaan menebar benih

a. Hal- hal yang harus diperhatikan dalam menebar benih adalah :

b. Benih telah berkecambah dengan panjang kurang lebih 1 mm

c. Benih tersebar rata

d. Kerapatan benih harus sama

Pemeliharaan persemaian

a. Pengairan

· Pada pesemaian secara kering

Pengairan pada pesemaian kering dilakukan dengan cara mengalirkan air keselokan yang berada diantara bedengan, agar terjadi perembesan sehingga pertumbuhan tanaman dapat berlangsung, meskipun dalam hal ini sering kali ditumbuhi oleh tumbuhan pengganggu atau rumput. Air berperan menghambat atau bahkan menghentikan pertumbuhan tanaman pengganggu / rumput. Perlu diketahui bahwa banyaknya air dan kedalamanya merupakan faktor yang memperngaruhi perkembangan semai, terutama pada pesemaian yang dilakukan secara basah.

· Pada pesemaian basah

Pengairan pada pesemaian basah dilakukan dengan cara sebagai berikut :

o Bedengan digenangi air selama 24 jam

o Setelah genagan itu berlangsung selama 24 jam, kemudian air dikurang hingga keadakan macak-macak ( nyemek-nyemek ), kemudian benih mulai bisa disebar

o Pengurangan air pada pesemaian hingga keadaan air menjadi macak-macak ini, dimaksudkan agar:

o Benih yang disebar dapat merata dan mudah melekat ditanah sehingga akar mudah masuk kedalam tanah.

o Benih tidak busuk akibat genagan air

o Memudahkan benih bernafas / mengambil oksigen langsung dari udara, sehingga proses perkecambahan lebih cepat

b. Pemupukan dipersemaian

Biasanya unsur hara yang diperlukan tanaman dalam jumlah besar ialah unsur hara makro. Sedangkan pupuk buatan / anorganik seperti Urea, TSP dll diberikan menjelang penyebaran benih dipesemaian, bila perlu diberi zat pengatur tumbuh. Pemberian zat pengatur tumbuh pada benih dilakukan menjelang benih disebar.

PERSIAPAN DAN PENGOLAHAN TANAH SAWAH

Pengolahan tanah bertujuan mengubah keadaan tanah pertanian dengan alat tertentu hingga memperoleh susunan tanah ( struktur tanah ) yang dikehendaki oleh tanaman. Pengolahan tanah sawah terdiri dari beberapa tahap :

a. Pembersihan

b. Pencangkulan

c. Pembajakan

d. Penggaruan

Pembersihan

o Selokan-selokan perlu dibersihkan

o Jerami yang ada perlu dibabat untuk pembuatan kompos

Pencangkulan

o Perbaikan pematang dan petak sawah yang sukar dibajak

Membajak

o Memecah tanah menjadi bongkahan-bongkahan tanah

o Membalikkan tanah beserta tumbuhan rumput ( jerami ) sehingga akhirnya membusuk

o Proses pembusukan dengan bantuan mikro organisme yang ada dalam tanah

Menggaru

o Meratakan dan menghancurkan gumpalan-gumpalan tanah

o Pada saat menggaru sebaiknya sawah dalam keaadan basah

o Selama digaru saluran pemasukan dan pengeluaran air ditutup agar lumpur tidak hanyut terbawa air keluar

o Penggaruan yang dilakukan berulang kali akan memberikan keuntungan

o Permukaan tanah menjadi rata

o Air yang merembes kebawah menjadi berkurang -Sisa tanaman atau rumput akan terbenam

o Penanaman menjadi mudah

o Meratakan pembagian pupuk dan pupuk terbenam

PENANAMAN

Dalam penanaman bibit padi, harus diperhatikan sebelumnya adalah :

a. Persiapan lahan

b. Umur bibit

c. Tahap penanaman

Persiapan lahan

o Tanah yang sudah diolah dengan cara yang baik, akhirnya siap untuk ditanami bibit padi.

Umur bibit

o Bila umur bibit sudah cukup sesuai dengan jenis padi, bib it terse but segera dapat dipindahkan dengan cara mencabut bibit

Tahap penanaman

o Tahap penanaman dapat dibagi menjadi 2 bagian yaitu

§ Memindahkan bibit

§ Menanam

Memindahkan bibit

o Bibit dipesemaian yang telah berumum 17-25 hari ( tergantung jenis padinya, genjah / dalam ) dapat segera dipindahkan kelahan yang telah disiapkan.

Syarat -syarat bibit yang siap dipindahkan ke sawah :

o Bibit telah berumur 17 -25 hari

o Bibit berdaun 5 -7 helai

o Batang bagian bawah besar, dan kuat

o Pertumbuhan bibit seragam ( pada jenis padi yang sama)

o Bibit tidak terserang hama dan penyakit

o Bibit yang berumur lebih dari 25 hari kurang baik, bahkan mungkin telah ada yang mempunyai anakan.

Menanam
Dalam menanam bibit padi, hal- hal yang harus diperhatikan adalah :

a. Sistem larikan ( cara tanam )

b. Jarak tanam

c. Hubungan tanaman

d. Jumlah tanaman tiap lobang

e. Kedalam menanam bibit

f. Cara menanam

Sistim larikan ( cara tanam )

o Akan kelihatan rapi

o Memudahkan pemeliharaan terutama dalam penyiangan

o Pemupukan, pengendalian hama dan penyakit akan lebih baik dan cepat

o Dan perlakuan-perlakuan lainnya

o Kebutuhan bibit / pemakaian benih bisa diketahui dengan mudah

Jarak tanam

Faktor yang ikut menentukan jarak tanam pada tanaman padi, tergantung pada :

o Jenis tanaman

o Kesuburan tanah

o Ketinggian tempat / musim

Jenis tanaman

o Jenis padi tertentu dapat menghasilkan banyak anakan. Jumlah anakan yang banyak memerlukan jarak tanam yang lebih besar, sebaliknya jenis padi yang memiliki jumlah anakan sedikit memerlukan jarak tanam yang lebih sempit.

Kesuburan tanah

o Penyerapan hara oleh akar tanaman padi akan mempengaruhi penentuan jarak tanam, sebab perkembangan akar atau tanaman itu sendiri pada tanah yang subur lebih baik daTi pada perkembangan akar / tanaman pada tanah yang kurang subur. Oleh karena itu jarak tanam yang dibutuhkan pada tanah yang suburpun akan lebih lebar daTi pada jarak tanam padah tanah yang jurang subur.

Ketinggian tempat.

o Daerah yang mempunyai ketinggian tertentu seperti daerah pegunungan akan memerlikan jarakn tanam yang lebih rapat dari pada jarak tanam didataran rendah, hal ini berhubungan erat dengan penyediaan air. Tanaman padi varietas unggul memerlukan jarak tanam 20 x 20 cm pada musim kemarau, dan 25 x 25 cm pada musim hujan.

Hubungan tanaman

Hubungan tanaman berkaitan dengan jarak tanam. Hubungan tanaman yang sering diterapkan ialah :

o Hubungan tanaman bujur sangkar ( segi empat )

o Hubungan tanaman empat persegi panjang.

o Hubungan tanaman 2 baris.

Jumlah tanaman ( bibit ) tiap lobang

o Bibit tanaman yang baik sangat menentukan penggunaannya pada setiap lubang. Pemakian bibit tiap lubang antara 2-3 batang

o Kedalaman penanaman bibit

o Bibit yang ditanam terlalu dalam / dangkal menyebabkan pertumbuhan tanaman kurang baik, kedalam tanaman yang baik 3-4 cm.

Cara menanam

o Penanaman bibit padi diawali dengan menggaris tanah / menggunakan tali pengukur untuk menentukan jarak tanam. Setelah pengukuran jarak tanam selesai dilakukan penanaman padi secara serentak.

PEMELIHARAAN

Meliputi :

a. Penyulaman dan penyiangan

b. Pengairan

c. Pemupukan

Penyulaman dan penyiangan

Yang harns diperhatikan dalam penyulaman :

o Bibit yang digunakan harus jenis yang sama

o Bibit yang digunakan merupakan sisa bibit yang terdahulu

o Penyulaman tidak boleh melampoi 10 hari setelah tanam

o Selain tanaman pokok ( tanaman pengganggu ) supaya dihilangkan

Pengairan

Pengairan disawah dapat dibedakan :

o Pengairan secara terus-menerus

o Pengairan secara piriodik

Pemupukan

Tujuannya adalah untuk mencukupi kebutuhan makanan yang berperan sangat penting bagi tanaman baik dalam proses pertumbuhan / produksi, pupuk yang sering digunakan oleh petani berupa :

o Pupuk alam ( organik )

o Pupuk buatan ( an organik )

Dosis pupuk yang digunakan :

o Pupuk Urea 250 -300 kg / ha

o Pupuk SP 36 75 -100 kg / ha

o Pupuk KCI 50 -100 kg / ha

Atau disesuaikan dengan analisa tanah


Andi Amirullah, Mahasiswa Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin Makassar. Catatan ini adalah tugas review materi mata kuliah Budidaya Tanaman Semusim – Oriza sativa yang disusun berdasarkan materi kuliah dan beberapa literatur dari buku dan internet.